FUTURE
Selasa, 12 April 2011
Jumat, 21 Januari 2011
United eye Giggs extension
Manchester United chief executive David Gill is planning on opening contract talks with veteran midfielder Ryan Giggs.
Giggs, 37, who is closing in on 20 years as first-team player at Old Trafford, is approaching the end of his deal at Old Trafford, but Gill is keen to keep him with the club for another season.
''I wouldn't be surprised if he extends his contract for another season,'' he told the National newspaper. ''That will be addressed in the next month or so. He has been playing well, keeps himself in great shape and is a wonderful advert for the modern footballer.''
United manager Sir Alex Ferguson called Giggs an ''incredible human being'' on Sunday after he made his 600th league appearance for the club against Tottenham.
Meanwhile, Gill claimed it was vital that the club do not lose track of their roots and continue to develop homegrown players such as Giggs, Paul Scholes and Gary Neville.
"I don't think we'd ever field a team full of foreigners," he added. "When those great players, who have been part of the team for 15-odd years retire, others will step up.
"Hopefully we'll have players coming through the academy who understand what being a United player means."
Gill also believes manager Sir Alex Ferguson's experience will prove crucial in the run-in for the Premier League title.
Gill said: "In any walk of life the key person is the man at the top. He (Ferguson) has seen it, done it and knows what to do in particular situations. It's one of the strengths of the Premier League, the fact that we do distribute our money broadly. The television rights are sold collectively and distributed according to a predetermined formula.
"That means that there is that sense of competition. Manchester City, obviously, with Abu Dhabi [investment] are improving all the time."
http://www.soccernet.espn.go.com/
GettyImagesRyan Giggs has continued to perform at a high level despite his advancing years
Giggs, 37, who is closing in on 20 years as first-team player at Old Trafford, is approaching the end of his deal at Old Trafford, but Gill is keen to keep him with the club for another season.
''I wouldn't be surprised if he extends his contract for another season,'' he told the National newspaper. ''That will be addressed in the next month or so. He has been playing well, keeps himself in great shape and is a wonderful advert for the modern footballer.''
United manager Sir Alex Ferguson called Giggs an ''incredible human being'' on Sunday after he made his 600th league appearance for the club against Tottenham.
Meanwhile, Gill claimed it was vital that the club do not lose track of their roots and continue to develop homegrown players such as Giggs, Paul Scholes and Gary Neville.
"I don't think we'd ever field a team full of foreigners," he added. "When those great players, who have been part of the team for 15-odd years retire, others will step up.
"Hopefully we'll have players coming through the academy who understand what being a United player means."
Gill also believes manager Sir Alex Ferguson's experience will prove crucial in the run-in for the Premier League title.
Gill said: "In any walk of life the key person is the man at the top. He (Ferguson) has seen it, done it and knows what to do in particular situations. It's one of the strengths of the Premier League, the fact that we do distribute our money broadly. The television rights are sold collectively and distributed according to a predetermined formula.
"That means that there is that sense of competition. Manchester City, obviously, with Abu Dhabi [investment] are improving all the time."
http://www.soccernet.espn.go.com/
Sabtu, 15 Januari 2011
IC TIMER 555
Kalau ditanya apa komponen elektronika yang paling popular dan serba guna, maka jawabnya adalah IC timer 555. IC timer jenis ini sudah dikenal dan masih populer sampai saat ini sejak puluhan tahun yang lalu. Tepatnya IC 555 pertama kali dibuat oleh Signetics Corporation pada tahun 1971. IC timer 555 memberi solusi praktis dan relatif murah untuk berbagai aplikasi elektronik yang berkenaan dengan pewaktuan (timing). Terutama dua aplikasinya yang paling populer adalah rangkaian pewaktu monostable dan osilator astable. Jeroan utama komponen ini terdiri dari komparator dan flip-flop yang direalisasikan dengan banyak transistor. Dari dulu hingga sekarang, prinsip kerja komponen jenis ini tidak berubah namun masing-masing pabrikan membuatnya dengan desain IC dan teknologi yang berbeda-beda. Hampir semua pabrikan membuat komponen jenis ini, walaupun dengan nama yang berbeda-beda. Misalnya National Semiconductor menyebutnya dengan LM555, Philips dan Texas Instrument menamakannya SE/NE555. Motorola / ON-Semi mendesainnya dengan transistor CMOS sehingga komsusi powernya cukup kecil dan menamakannya MC1455. Philips dan Maxim membuat versi CMOS-nya dengan nama ICM7555. Walaupun namanya berbeda-beda, tetapi fungsi dan pin diagramnya saling kompatibel satu dengan yang lainnya (functional and pin-to-pin compatible). Hanya saja ada beberapa karakteristik spesifik yang berbeda misalnya konsumsi daya, frekuensi maksimum dan sebagainya. Spesifikasi lebih detail biasanya dicantumkan pada datasheet masing-masing pabrikan. Dulu pertama kali casing dibuat dengan 8 pin T-package (tabular dari kaleng mirip transistor), namun sekarang lebih umum dengan kemasan IC DIP 8 pin. Rangkaian Monostable IC ini didesain sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit komponen luar untuk bekerja. Diantaranya yang utama adalah resistor dan kapasitor luar (eksternal). IC ini memang bekerja dengan memanfaatkan prinsip pengisian (charging) dan pengosongan (discharging) dari kapasitor melalui resistor luar tersebut. Untuk menjelaskan prinsip kerjanya, coba perhatikan diagram gambar IC 555 dengan resistor dan kapasitor luar berikut ini. Rangkaian ini tidak lain adalah sebuah rangkaian pewaktu (timer) monostable. Prinsipnya rangkaian ini akan menghasilkan pulsa tunggal dengan lama tertentu pada keluaran pin 3, jika pin 2 dari komponen ini dipicu. Perhatikan di dalam IC ini ada dua komparator yaitu Comp A dan Comp B. Perhatikan juga di dalam IC ini ada 3 resistor internal R yang besarnya sama. Dengan susunan seri yang demikian terhadap VCC dan GND, rangkaian resistor internal ini merupakan pembagi tegangan. Susunan ini memberikan tegangan referensi yang masing-masing besarnya 2/3 VCC pada input negatif komparator A dan 1/3 VCC pada input positif komparator B. Pada keadaan tanpa input, keluaran pin 3 adalah 0 (ground atau normally low). Transistor Q1 yang ada di dalam IC ini selalu ON dan mencegah kapasitor eksternal C dari proses pengisisian (charging). Ketika ada sinyal trigger dari 1 ke 0 (VCC to GND) yang diumpankan ke pin 2 dan lebih kecil dari 1/3 VCC, maka serta merta komparator B men-set keluaran flip-flop. Ini pada gilirannya memicu transistor Q1 menjadi OFF. Jika transistor Q1 OFF akan membuka jalan bagi resistor eksternal R untuk mulai mengisi kapasitor C (charging). Pada saat yang sama output dari pin 3 menjadi high (VCC), dan terus high sampai satu saat tertentu yang diinginkan. Sebut saja lamanya adalah t detik, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengisi kapasitor C mencapai tegangan 2/3 VCC. Tegangan C ini disambungkan ke pin 6 yang tidak lain merupakan input positif comp A. Maka jika tegangan 2/3 VCC ini tercapai, komparator A akan men-reset flip-flop dan serta merta transistor internal Q1 menjadi ON kembali. Pada saat yang sama keluaran pin 3 dari IC 555 tersebut kembali menjadi 0 (GND). Berapa lama pulsa yang dihasilkan amat tergantung dari nilai resitor dan kapasitor eksternal yang pasangkan. Dari rumus ekponensial pengisian kapasitor diketahui bahwa : Vt = VCC(1- e-t/RC) ….. (1) Vt adalah tegangan pada saat waktu t. Jika t adalah waktu eksponensial yang diperlukan untuk mengisi kapasitor sampai Vt = 2/3 VCC, maka rumus (1) dapat disubstitusi dengan nilai ini menjadi : 2/3 = 1-e-t/RC 1/3 = e-t/RC ln(1/3) = -t/RC dan seterusnya dapat diperoleh t = (1.0986123)RC yang dibulatkan menjadi t = 1.1 RC Inilah rumusan untuk mengitung lamanya keluaran pulsa tunggal yang dapat dihasilkan dengan rangkaian monostable dari IC 555. Rangkaian Astable Sedikit berdeda dengan rangkaian monostable, rangkaian astable dibuat dengan mengubah susunan resitor dan kapasitor luar pada IC 555 seperti gambar berikut. Ada dua buah resistor Ra dan Rb serta satu kapasitor eksternal C yang diperlukan. Prinsipnya rangkaian astable dibuat agar memicu dirinya sendiri berulang-ulang sehingga rangkaian ini dapat menghasilkan sinyal osilasi pada keluarannya. Pada saat power supply rangkaian ini di hidupkan, kapasitor C mulai terisi melalui resistor Ra dan Rb sampai mencapai tegangan 2/3 VCC. Pada saat tegangan ini tercapai, dapat dimengerti komparator A dari IC 555 mulai bekerja mereset flip-flop dan seterusnya membuat transistor Q1 ON. Ketika transisor ON, resitor Rb seolah dihubung singkat ke ground sehingga kapasitor C membuang muatannya (discharging) melalui resistor Rb. Pada saat ini keluaran pin 3 menjadi 0 (GND). Ketika discharging, tegangan pada pin 2 terus turun sampai mencapai 1/3 VCC. Ketika tegangan ini tercapai, bisa dipahami giliran komparator B yang bekerja dan kembali memicu transistor Q1 menjadi OFF. Ini menyebabkan keluaran pin 3 kembali menjadi high (VCC). Demikian seterusnya berulang-ulang sehingga terbentuk sinyal osilasi pada keluaran pin3. Terlihat di sini sinyal pemicu (trigger) kedua komparator tersebut bekerja bergantian pada tegangan antara 1/3 VCC dan 2/3 VCC. Inilah batasan untuk mengetahui lebar pulsa dan periode osilasi yang dihasilkan. Misal diasumsikan t1 adalah waktu proses pengisian kapasitor yang di isi melalui resistor Ra dan Rb dari 1/3 VCC sampai 2/3 VCC. Diasumsikan juga t2 adalah waktu discharging kapasitor melalui resistor Rb dari tegangan 2/3 VCC menjadi 1/3 VCC. Dengan perhitungan eksponensial dengan batasan 1/3 VCC dan 2/3 VCC maka dapat diperoleh : t1 = ln(2) (Ra+Rb)C = 0.693 (Ra+Rb)C dan t2 = ln(2) RbC = 0.693 RbC Periode osilator adalah dapat diketahui dengan menghitung T = t1 + t2. Persentasi duty cycle dari sinyal osilasi yang dihasilkan dihitung dari rumus t1/T. Jadi jika diinginkan duty cycle osilator sebesar (mendekati) 50%, maka dapat digunakan resistor Ra yang relatif jauh lebih kecil dari resistor Rb. Penutup Satu hal yang menarik dari komponen IC 555, baik timer aplikasi rangkaian monostable maupun frekuensi osilasi dari rangkaian astable tidak tergantung dari berapa nilai tegangan kerja VCC yang diberikan. Tegangan kerja IC 555 bisa bervariasi antara 5 sampai 15 Vdc. Tingkat keakuratan waktu (timing) yang dihasilkan tergantung dari nilai dan toleransi dari resistor dan kapasitor eksternal yang digunakan. Untuk rangkaian yang tergolong time critical, biasanya digunakan kapasitor dan resistor yang presisi dengan toleransi yang kecil. Pada banyak nota aplikasi, biasanya juga ditambahkan kapasitor 10 nF pada pin 5 ke ground untuk menjamin kestabilan tegangan referensi 2/3 VCC. Banyak aplikasi lain yang bisa dibuat dngan IC 555, salah satu aplikasi yang populer lainnya adalah rangkaian PWM (Pulse Width Modulation). Rangkaian PWM mudah direalisasikan dengan sedikit mengubah fungsi dari rangkaian pewaktu monostable. Yaitu dengan memicu pin trigger (pin 2) secara kontiniu sesuai dengan perioda clock yang diinginkan, sedangkan lebar pulsa dapat diatur dengan memberikan tegangan variabel pada pin control voltage (pin5). Di pasaran banyak juga jumpai dua timer 555 yang dikemas didalam satu IC misalnya IC LM556 atau MC1456. Sumber: ElectronicLab
SEVEN SEGMEN DISPLAY
Seven segment display adalah sebuah rangkaian yang dapat menampilkan angka-angka desimal maupun heksadesimal. Seven segment display biasa tersusun atas 7 bagian yang setiap bagiannya merupakan LED (Light Emitting Diode) yang dapat menyala. Jika 7 bagian diode ini dinyalakan dengan aturan yang sedemikian rupa, maka ketujuh bagian tersebut dapat menampilkan sebuah angka heksadesimal.
Seven-segment display membutuhkan 7 sinyal input untuk mengendalikan setiap diode di dalamnya. Setiap diode dapat membutuhkan input HIGH atau LOW untuk mengaktifkannya, tergantung dari jenis seven-segmen display tersebut. Jika Seven-segment bertipe common-cathode, maka dibutuhkan sinyal HIGH untuk mengaktifkan setiap diodenya. Sebaliknya, untuk yang bertipe common-annide, dibutuhkan input LOW untuk mengaktifkan setiap diodenya.
Salah satu cara untuk menghasilkan sinyal-sinyal pengendali dari suatu seven segment display yaitu dengan menggunakan sebuah sevent-segment decoder. Seven-segment decoder membutuhkan 4 input sebagai angka berbasis heksadesimal yang dinyatakan dalam bahasa mesin (bilangan berbasis biner) kemudian sinyal-sinyal masukan tersebut akan “diterjemahkan” decoder ke dalam sinyal-sinyal pengendali seven-segment display. Sinyal-sinyal pengendali berisi 7 sinyal yang setiap sinyalnya mengatur aktif-tidaknya setiap LED.
Selanjutnya kita akan mencoba merancang sebuah hex to seven-segment decoder untuk seven-segment berjenis common-cathode, yakni seven-segment yang setiap LED nya aktif jika diberi sinyal HIGH atau 1. Gambar ilustrasi dan tabel kebenaran dari dekoder tersebut adalah sebagai berikut.
Dekoder tersebut memiliki 7 keluaran yang masing-masing keluarannya memiliki fungsi tertentu. Kita dapat mendapatkan 7 buah fungsi Boolean a, b, c, d, e, f, dan g dengan membuat peta Karnaugh nya sebagai berikut.
a = A’BD + AB’C’ + B’D’ + A’C + BC + AD’ b = A’C’D’ + A’CD + AC’D + B’C’ + B’D’ c = B’C’ + B’D + C’D + A’B + AB’
d = BC’D + B’D’ + B’C + CD’ + AD’ + AB’
e = B’D’ + CD’ + AB + AC
f = A’BC’ + ACD + AB’D + C’D’ + BD’
g = A’BD’ + BC’ D + B’C + AC + AB’
Dengan demikian, kita dapat memperoleh fungsi-fungsi Booleannya :
Jika pengimplementasian semua fungsi tersebut dalam dekoder dengan penggunaan gerbang yang terpisah (setiap gerbang hanya dipakai untuk 1 fungsi) maka akan membutuhkan 34 gerbang AND dan 7 gerbang OR, seperti gambar berikut.
Implementasi gerbang di atas masih dapat disederhanakan dengan menggabungkan beberapa term yang sama setiap fungsi a, b, c, d, e, f, dan g. Sehingga akan terdapat gerbang yang dipakai bersama oleh beberapa fungsi, seperti gambar berikut.
MOTOR STEPPER
Motor stepper mengubah pulsa-pulsa listrik yang diberikan menjadi gerakan-gerakan diskrit rotor yang disebut langkah (steps). Nilai rating dari suatu motor stepper diberikan dalam langkah per putaran (steps per revolution). Motor stepper umumnya mempunyai kecepatan dan [torsi] yang rendah. Motor stepper bekerja berdasarkan pulsa-pulsa yang diberikan pada lilitan fasanya dalam urut-urutan yang tepat. Selain itu, pulsa-pulsa itu harus juga menyediakan arus yang cukup besar pada lilitan fasa tersebut. Karena itu untuk pengoperasian motor stepper pertama-tama harus mendesain suatu sequencer logic untuk menentukan urutan pencatuan lilitan fasa motor dan kemudian menggunkan suatu penggerak (driver) untuk menyediakan arus yang dibutuhkan oleh lilitan fasa.
Elemen-elemen berikut menentukan karakteristik suatu motor stepper: 1. Tegangan. Motor stepper biasanya mempunyai tegangan nominal.Tegangan yang diberikan kadang-kadang melebihi tegangan nominal untuk mendapatkan torsi yang dibutuhkan, tetapi dapat menyebabkan panas berlebih dan mempersingkat usia motor. 2.Hambatan. Karakteristik lainnya adalah hambatan-per-lilitan. Hambatan ini akan menentukan arus yang ditarik oleh motor, dan juga mempengaruhi kurva torsi dan kecepatan kerja maksimum motor. 3.Derajat per langkah (step angle).Faktor ini menentukan berapa derajat poros akan berputar untuk setiap langkah penuh (full step). Operasi setengah langkah (half step) akan melipat-gandakan jumlah langkah-per-revolusi, dan mengurangi derajat-per-langkahnya. Derajat-per-langkah sering disebut sebagai resolusi motor.
Sebuah motor stepper (atau motor langkah) adalah brushless , synchronous motor listrik yang dapat membagi sebuah rotasi penuh ke sejumlah besar langkah. The motor's position can be controlled precisely without any feedback mechanism (see Open-loop controller ), as long as the motor is carefully sized to the application. Posisi motor dapat dikontrol secara tepat tanpa mekanisme umpan balik (lihat -loop controller Terbuka ), selama motor hati-hati berukuran ke aplikasi. Stepper motors are similar to switched reluctance motors (which are very large stepping motors with a reduced pole count, and generally are closed-loop commutated.) Motor Stepper mirip dengan motor keengganan beralih (yang melangkah motor besar yang sangat dengan jumlah tiang berkurang, dan umumnya loop tertutup Komutasi.)
Dasar - Dasar Operasi -->
Stepper motors operate differently from DC brush motors, which rotate when voltage is applied to their terminals. Motor Stepper beroperasi secara berbeda dari motor sikat DC, yang berputar ketika tegangan diberikan ke terminal mereka. Stepper motors, on the other hand, effectively have multiple "toothed" electromagnets arranged around a central gear-shaped piece of iron. Stepper motor, di sisi lain, efektif memiliki beberapa "bergigi" elektromagnet diatur mengelilingi sepotong gigi berbentuk pusat dari besi. The electromagnets are energized by an external control circuit, such as a microcontroller . Para elektromagnet adalah energi melalui sebuah sirkuit kontrol eksternal, seperti mikrokontroler . To make the motor shaft turn, first one electromagnet is given power, which makes the gear's teeth magnetically attracted to the electromagnet's teeth. Untuk membuat pergantian motor poros, pertama satu elektromagnet diberikan kekuasaan, yang membuat gigi gigi's magnetis tertarik dengan gigi elektromagnet itu. When the gear's teeth are thus aligned to the first electromagnet, they are slightly offset from the next electromagnet. Ketika gigi roda gigi adalah dengan demikian sejalan dengan elektromagnet pertama, mereka sedikit offset dari elektromagnet berikutnya. So when the next electromagnet is turned on and the first is turned off, the gear rotates slightly to align with the next one, and from there the process is repeated. Jadi ketika elektromagnet berikutnya diaktifkan dan yang pertama dimatikan, roda gigi berputar sedikit untuk menyesuaikan dengan berikutnya, dan dari sana proses ini diulang. Each of those slight rotations is called a "step", with an integer number of steps making a full rotation. Masing-masing rotasi sedikit disebut "langkah", dengan jumlah integer dari langkah-langkah membuat putaran penuh. In that way, the motor can be turned by a precise angle. Dengan cara itu, motor dapat berubah dengan sudut yang tepat.
Karakteristik Motor Stepper :
- Motor Stepper adalah perangkat daya konstan.
- As motor speed increases, torque decreases. Seiring dengan peningkatan kecepatan motor, torsi berkurang. (most motors exhibit maximum torque when stationary, however the torque of a motor when stationary 'holding torque' defines the ability of the motor to maintain a desired position while under external load). (Motor yang paling menunjukkan torsi maksimum ketika stasioner, namun torsi dari motor ketika 'memegang torsi' stasioner mendefinisikan kemampuan motor untuk mempertahankan posisi yang diinginkan sementara di bawah beban eksternal).
- The torque curve may be extended by using current limiting drivers and increasing the driving voltage (sometimes referred to as a 'chopper' circuit; there are several off the shelf driver chips capable of doing this in a simple manner). Kurva torsi dapat diperpanjang dengan menggunakan driver pembatas arus dan meningkatkan tegangan mengemudi (kadang-kadang disebut sebagai rangkaian 'helikopter', ada beberapa dari rak chip driver mampu melakukan ini secara sederhana).
- Steppers exhibit more vibration than other motor types, as the discrete step tends to snap the rotor from one position to another (called a detent). Steppers menunjukkan getaran lebih dari jenis motor lainnya, sebagai langkah diskrit cenderung snap rotor dari satu posisi ke posisi lain (disebut detent a). The vibration makes stepper motors noisier than DC motors. getaran itu membuat ribut stepper motor dibandingkan dengan motor DC.
- This vibration can become very bad at some speeds and can cause the motor to lose torque or lose direction. Getaran ini bisa menjadi sangat buruk di beberapa kecepatan dan dapat menyebabkan motor kehilangan torsi atau kehilangan arah. This is because the rotor is being held in a magnetic field which behaves like a spring. Hal ini karena rotor sedang diadakan di medan magnetik yang berperilaku seperti mata air. On each step the rotor overshoots and bounces back and forth, "ringing" at its resonant frequency. Pada setiap langkah overshoot rotor dan memantul kembali dan sebagainya, "dering" pada frekuensi resonansi nya. If the stepping frequency matches the resonant frequency then the ringing increases and the motor comes out of synchronism, resulting in positional error or a change in direction. Jika frekuensi melangkah cocok dengan frekuensi resonansi maka jumlah dering dan motor keluar dari sinkronisme, mengakibatkan kesalahan posisi atau perubahan arah. At worst there is a total loss of control and holding torque so the motor is easily overcome by the load and spins almost freely. Pada terburuk ada kerugian total kontrol dan torsi memegang sehingga motor mudah diatasi dengan beban dan berputar hampir bebas.
- The effect can be mitigated by accelerating quickly through the problem speeds range, physically damping (frictional damping) the system, or using a micro-stepping driver. Efeknya dapat dikurangi dengan mempercepat cepat melalui berbagai masalah kecepatan, fisik damping (redaman gesekan) sistem, atau menggunakan driver mikro loncatan.
- Motors with a greater number of phases also exhibit smoother operation than those with fewer phases (this can also be achieved through the use of a micro stepping drive. Motor dengan jumlah lebih besar juga menunjukkan operasi fase halus dibandingkan dengan tahapan yang lebih sedikit (ini juga dapat dicapai melalui penggunaan drive loncatan mikro).
Rabu, 03 November 2010
MICROCONTROLLER AT89C51
AT89C51 adalah mikrokontroler keluaran Atmel dengan 4K byte Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory). AT89C51 memiliki sistem pemrograman kembali Flash Memory dengan daya tahan 1000 kali write/erase.
Memori ini biasa digunakan untuk menyimpan perintah berstandar MCS51 sehingga memungkinkan mikrokontroler ini untuk bekerja dalam mode single chip operation (operasi keping tunggal) yang tidak memerlukan external memory (memori luar) untuk menyimpan source code tersebut.
Memori ini biasa digunakan untuk menyimpan perintah berstandar MCS51 sehingga memungkinkan mikrokontroler ini untuk bekerja dalam mode single chip operation (operasi keping tunggal) yang tidak memerlukan external memory (memori luar) untuk menyimpan source code tersebut.
Berikut merupakan gambar susunan kaki dan blok diagram mikrokontroler AT89C51 :
Jika kita lihat diagram blok mikrokontroler ini, terlihat jelas kesempurnaan dari fasilitas yang diberikannya. Gambar 2 merupakan diagram blok IC tersebut :
Gambar 1: Nama Pin-pin AT89C51
Jika kita lihat diagram blok mikrokontroler ini, terlihat jelas kesempurnaan dari fasilitas yang diberikannya. Gambar 2 merupakan diagram blok IC tersebut :
Gambar 2 : Diagram Blok IC AT89C51
Pada Gambar di atas terlihat bahwa terdapat 4 port untuk input output data, serta tersedia pula akumulator, register, RAM, stack pointer , Arithmetic Logic Unit (ALU), pengunci (latch) dan rangkaian osilasi yang membuat 89C51 dapat beroperasi hanya dengan 1 keping IC.
Pin AT89C51
Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O yang terbagi menjadi 4 buah port dengan 8 jalur I/O. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing pin IC mikrokontroler AT89C51 :
1) Pin 1 sampai 8 (Port 1)
Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O yang terbagi menjadi 4 buah port dengan 8 jalur I/O. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing pin IC mikrokontroler AT89C51 :
1) Pin 1 sampai 8 (Port 1)
Port 1 merupakan Port I/O dwi-arah yang dilengkapi dengan pullup internal. Penyangga keluaran Port 1 mampu memberikan/menyerap arus empat masukan TTL.
Kaki-kaki Port 1 akan di pulled high dengan pullup internal sehingga dapat digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, jika kaki-kaki Port 1 dihubungkan ke ground (pull low), maka masing-masing kaki akan memberikan arus karena di-pulled high secara internal. Port 1 juga menerima alamat bagian rendah (low byte) selama pengisian program dan verifikasi flash (Agfianto Eko Putra, 2004 : 90).
2) Pin 9 (RST)
Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.
3) Pin 10 sampai 17 (Port 3)
Port 3 merupakan port I/O dwi arah dengan dilengkapi pullup internal. Penyangga keluaran Port 3 mampu memberikan/menyerap arus empat masukan TTL.
Kaki-kaki Port 3 akan di pulled high dengan pullup internal sehingga dapat digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, jika kaki-kaki Port 3 dihubungkan ke ground (di-pull low), maka masing-masing kaki akan memberikan arus karena di-pulled high secara internal.
4) Pin 18 (XTAL 2)
Pin ini merupakan output oscillator.
5) Pin 19 (XTAL 1)
Pin ini merupakan input oscillator.
6) Pin 20 (GND) dihubungkan ke Ground.
7) Pin 21 sampai 28 (Port 2)
Port 2 merupakan Port I/O dwi-arah dengan dilengkapi pullup internal. Penyangga keluaran Port 2 mampu memberikan/menyerap arus empat masukan TTL.
Kaki-kaki Port 2 akan di pulled high dengan pullup internal sehingga dapat digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, jika kaki-kaki Port 2 dihubungkan ke ground (di-pull low), maka masing-masing kaki akan memberikan arus karena di-pulled high secara internal.
Port 2 akan memberikan byte alamat bagian tinggi (high byte) selama pengambilan instruksi dari memori program eksternal dan selama pengaksesan memori data eksternal yang menggunakan perintah dengan alamat 16 bit (misalnya : MOVX @DPTR). Dalam aplikasi ini, jika ingin mengirimkan “1”, maka digunakan pullup internal yang sudah disediakan. Selama pengaksesan memori data eksternal yang menggunakan perintah dengan alamat 8 bit (misalnya : MOVX @R1), Port 2 akan mengirimkan isi dari Shift Function Register Port 2. Port 2 juga menerima alamat bagian tinggi selama pemrograman dan verifikasi (Agfianto Eko Putra, 2004 : 90).
8) Pin 29 (PSEN)
Program Store Enable (PSEN) merupakan pin yang berfungsi pada saat mengeksekusi program yang terletak pada memori eksternal. PSEN akan aktif dua kali setiap cycle.
9) Pin 30 (ALE)
Pin ini dapat berfungsi sebagai Addres Latch Enable yang me-latch low byte address pada saat mengakses memori eksternal. ALE akan aktif pada saat mengakses memori eksternal.
10) Pin 31 (EA)
Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai External Acces Enable (EA) yaitu mikrokontroler akan menjalankan program yang ada pada memori eksternal setelah sistem di reset. Jika berkondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program yang ada pada memori internal.
11) Pin 32 sampai 39 (Port 0)
Port 0 merupakan Port keluaran/masukan (I/0) bertipe open drain bidirectional. Sebagai Port keluaran, masing-masing kaki dapat menyerap arus delapan masukan TTL. Port 0 dapat digunakan sebagai masukan-masukan berimpedansi tinggi.
Port 0 juga dapat dikonfigurasikan sebagai bus alamat/data bagian rendah (low byte) selama proses pengaksesan memori data dan program eksternal. Jika digunakan dalam mode ini Port 0 memiliki pullup internal tetapi lemah. Port 0 juga menerima kode-kode yang dikirimkan kepadanya selama proses pengisian program dan mengeluarkan kode-kode selama proses verifikasi program yang telah tersimpan dalam flash. Dalam hal ini dibutuhkan pullup eksternal selama proses verifikasi program (Agfianto Eko Putra, 2004 : 89).
12) Pin 40 (Vcc) dihubungkan dengan Vcc (+5 Volt).
Kaki-kaki Port 1 akan di pulled high dengan pullup internal sehingga dapat digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, jika kaki-kaki Port 1 dihubungkan ke ground (pull low), maka masing-masing kaki akan memberikan arus karena di-pulled high secara internal. Port 1 juga menerima alamat bagian rendah (low byte) selama pengisian program dan verifikasi flash (Agfianto Eko Putra, 2004 : 90).
2) Pin 9 (RST)
Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.
3) Pin 10 sampai 17 (Port 3)
Port 3 merupakan port I/O dwi arah dengan dilengkapi pullup internal. Penyangga keluaran Port 3 mampu memberikan/menyerap arus empat masukan TTL.
Kaki-kaki Port 3 akan di pulled high dengan pullup internal sehingga dapat digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, jika kaki-kaki Port 3 dihubungkan ke ground (di-pull low), maka masing-masing kaki akan memberikan arus karena di-pulled high secara internal.
Tabel 1. Fungsi-fungsi Khusus Kaki-kaki Port 3
Kaki Port | Fungsi Alternatif |
P3.0 | RXD (port input serial) |
P3.1 | TXD (port output serial) |
P3.2 | INT0 (interupsi 0 eksternal) |
P3.3 | INT1 (interupsi 1 eksternal) |
P3.4 | T0 (input timer 0 eksternal) |
P3.5 | T1 (input timer 1 eksternal) |
P3.6 | WR (tulis ke memori data eksternal) |
P3.7 | RD (baca dari memori data eksternal) |
4) Pin 18 (XTAL 2)
Pin ini merupakan output oscillator.
5) Pin 19 (XTAL 1)
Pin ini merupakan input oscillator.
6) Pin 20 (GND) dihubungkan ke Ground.
7) Pin 21 sampai 28 (Port 2)
Port 2 merupakan Port I/O dwi-arah dengan dilengkapi pullup internal. Penyangga keluaran Port 2 mampu memberikan/menyerap arus empat masukan TTL.
Kaki-kaki Port 2 akan di pulled high dengan pullup internal sehingga dapat digunakan sebagai masukan. Sebagai masukan, jika kaki-kaki Port 2 dihubungkan ke ground (di-pull low), maka masing-masing kaki akan memberikan arus karena di-pulled high secara internal.
Port 2 akan memberikan byte alamat bagian tinggi (high byte) selama pengambilan instruksi dari memori program eksternal dan selama pengaksesan memori data eksternal yang menggunakan perintah dengan alamat 16 bit (misalnya : MOVX @DPTR). Dalam aplikasi ini, jika ingin mengirimkan “1”, maka digunakan pullup internal yang sudah disediakan. Selama pengaksesan memori data eksternal yang menggunakan perintah dengan alamat 8 bit (misalnya : MOVX @R1), Port 2 akan mengirimkan isi dari Shift Function Register Port 2. Port 2 juga menerima alamat bagian tinggi selama pemrograman dan verifikasi (Agfianto Eko Putra, 2004 : 90).
8) Pin 29 (PSEN)
Program Store Enable (PSEN) merupakan pin yang berfungsi pada saat mengeksekusi program yang terletak pada memori eksternal. PSEN akan aktif dua kali setiap cycle.
9) Pin 30 (ALE)
Pin ini dapat berfungsi sebagai Addres Latch Enable yang me-latch low byte address pada saat mengakses memori eksternal. ALE akan aktif pada saat mengakses memori eksternal.
10) Pin 31 (EA)
Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai External Acces Enable (EA) yaitu mikrokontroler akan menjalankan program yang ada pada memori eksternal setelah sistem di reset. Jika berkondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program yang ada pada memori internal.
11) Pin 32 sampai 39 (Port 0)
Port 0 merupakan Port keluaran/masukan (I/0) bertipe open drain bidirectional. Sebagai Port keluaran, masing-masing kaki dapat menyerap arus delapan masukan TTL. Port 0 dapat digunakan sebagai masukan-masukan berimpedansi tinggi.
Port 0 juga dapat dikonfigurasikan sebagai bus alamat/data bagian rendah (low byte) selama proses pengaksesan memori data dan program eksternal. Jika digunakan dalam mode ini Port 0 memiliki pullup internal tetapi lemah. Port 0 juga menerima kode-kode yang dikirimkan kepadanya selama proses pengisian program dan mengeluarkan kode-kode selama proses verifikasi program yang telah tersimpan dalam flash. Dalam hal ini dibutuhkan pullup eksternal selama proses verifikasi program (Agfianto Eko Putra, 2004 : 89).
12) Pin 40 (Vcc) dihubungkan dengan Vcc (+5 Volt).
Langganan:
Postingan (Atom)